Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan besar yang kekuasaannya mencakup lintas samudera. Kerajaan bercorak Budha yang berdiri sejak abad ke 6 hingga abad ke 11 Masehi ini keberadaannya dibuktikan oleh sumber-sumber sejarah seperti berita dari China dan beberapa peninggalan prasasti. Berikut ini tim penulis Blog secara khusus akan membahas sumber-sumber sejarah tersebut terutama yang terkait dengan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Silakan disimak!
Nah, demikianlah isi 9 prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya beserta gambarnya yang berhasil ditemukan hingga saat ini. Sebetulnya bukti sejarah keberadaan kerajaan Sriwijaya di masa lampau sangat terbatas. Bagi Anda yang mungkin kini tinggal di daerah kekuasaan kerajaan Sriwijaya di masa lalu, cobalah untuk lebih jeli lagi melihat batu-batu besar di sekitar lingkungan Anda. Siapa tahu batu-batu itu berisi pahatan aksara pallawa dan bisa menjadi bukti baru peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya dari masa lalu.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor ditemukan di Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan. Pahatannya ditulis di kedua sisi. Sisi pertama disebut prasasti ligor A, isinya menjelaskan tentang kegagahan raja Sriwijaya, raja dari segala raja dunia yang telah mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara. Sisi kedua disebut prasasti Ligor B, isinya menjelaskan tentang pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana pada Sri Maharaja yang berasal dari keluarga Sailendravamsa.2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah adalah sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah pinggiran rawa di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini tersusun atas 13 baris kalimat. Isinya menjelaskan tentang kutukan atas orang-orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya. Diperkirakan dari bentuk aksaranya, salah satu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini diperkirakan berasal dari abad ke 7 Masehi.3. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung. Sama seperti prasasti lainnya, prasasti ini juga ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Susunan pesan dalam prasasti ini tidak cukup jelas karena tingkat keausan batunya sangat tinggi. Akan tetapi, setelah diidentifikasi prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya menjelaskan tentang pemberian tanah sima.4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir Pulau Bangka sebelah Barat. Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini ditemukan pada Desember 1892 oleh J.K. van der Meulen. Isinya menjelaskan tentang kutukan bagi siapa saja yang membantah titah dari kekuasaan kemaharajaan Sriwijaya.5. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu adalah sekumpulan prasasti yang ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang. Prasasti-prasasti ini berisi tentang kutukan pada mereka yang melakukan perbuatan jahat di kedatuan Sriwijaya. Kini, prasasti-prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.6. Prasasti Kedukan Bukit
Pada tanggal 29 November 1920, M. Batenburg menemukan sebuah batu bertulis di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang-Sumatera Selatan. Prasasti berukuran 45 × 80 cm ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isinya menceritakan bahwa seorang utusan Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang telah mengadakan sidhayarta (perjalanan suci) menggunakan perahu. Dalam perjalanan yang disertai 2.000 pasukan tersebut, ia telah berhasil menaklukan daerah-daerah lain. Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini kini disimpan di Museum Nasional Indonesia.7. Prasasti Talang Tuwo
Di kaki Bukit Seguntang tepian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk –seorang residen Palembang pada tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti. Prasasti Talang Tuwo –begitu kemudian disebut- adalah sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi. Prasasti ini menggambarkan bahwa aliran Budha yang digunakan Sriwijaya pada masa itu adalah aliran Mahayana. Ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas aliran Budha Mahayana seperti bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva.8. Prasasti Leiden
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Prasasti Leiden. Prasasti ini ditulis di sebuah lempeng tembaga dan ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini prasastu Leiden berada di Musium Belanda. Isinya menceritakan hubungan baik antara dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, India Selatan.9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Merangin-Jambi. Sama seperti prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas Pasemah, dan Prasasti Kota Kapur, prasasti ini menjelaskan tentang kutukan pada mereka yang berbuat jahat dan tidak setia pada sang Raja Sriwijaya.Nah, demikianlah isi 9 prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya beserta gambarnya yang berhasil ditemukan hingga saat ini. Sebetulnya bukti sejarah keberadaan kerajaan Sriwijaya di masa lampau sangat terbatas. Bagi Anda yang mungkin kini tinggal di daerah kekuasaan kerajaan Sriwijaya di masa lalu, cobalah untuk lebih jeli lagi melihat batu-batu besar di sekitar lingkungan Anda. Siapa tahu batu-batu itu berisi pahatan aksara pallawa dan bisa menjadi bukti baru peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya dari masa lalu.